"Dimas" kata bokap ketika ia baru saja masuk ke dalam rumah ,"pa" kataku menghampiri bokap dan menyalim tangannya , "gimana kaki kamu?" , "udah baikkan kok pa" jawab ku sambil membantu membawakan tas kerja bokap. "Oiya teman kamu mana? Perempuan kan?" Tanya bokapku lagi sembari duduk di meja makan , "iya pa perempuan" , "om" suara diana dari arah kamar tamu , "oh ini teman kamu dim , siapa namanya?" , "diana om" jawab diana sambil bersalaman dengan bokap , "yuk mari makan malam bareng" kata bokap mempersilahkan diana duduk.
"Dim kok gue ga ngeliat nyokap lu si?" Tanya diana di depan teras rumah , "nyokap gue udah meninggal" jawab ku santai , "eh sorry dim , gue ga bermaksud" , "santai aja , udah lama juga" , "emangnya kapan dim?" Tanya diana lagi , "1bulan sebelum gue berangkat ke jakarta" , "jadi lu ke jakarta alasannya itu?" , "ceritanya panjang". "Eh besok ke tanggupan perahu yuk" lanjutku.
"Don ayu den , lama banget si" teriak diana dari depan gerbang rumah brandon , "buset dah lu ngapain teriak-teriak si , ini masi jam 6 pagi tau ga" kata ku kepada diana , "sabar woi" teriak brandon yang baru keluar di teras rumahnya. "Gue kan belum pernah ke tanggupan perahu , yaudala normal nora dikit" , "sumpahan lu belom pernah? Gileee" kata brandon ke diana ketika ia keluar dari pintu gerbangnya.
"Kak , kita cari makan dulu ya kak" kataku kepada kak willi yang hari itu menjadi supir kami bertiga. Aku duduk di samping kak willi , sedangkan diana dan brandon duduk di kursi belakang. "Kak sini makan bareng aja" kataku kepada kak willi yang sedang duduk di dalam avanza hitam ayahku. Kak willi memang sudah sangat dengan keluargaku semenjak aku SD , kak willi adalah anak dari almarhum supir ayah yang dahulu , akhirnya kak willi yang berjarak 7 tahun lebih tua dariku dirawat oleh ayahku , dan sekarang ia bekerja untuk ayah.
"Dim , apa harapan lu beberapa tahun ke depan?" Tanya diana ketika kami berdua sedang berdiri di tepian tebing tanggupan perahu , "harapan ya? Keknya gue ga ada" jawabku santai , "ih kenapa ga ada harapan coba , setiap orang tuh harus ada harapan tau ga , biar kita ada tujuan kedepannya" kata diana tak setuju dengan pernyataanku. "Itu namanya impian , bukan harapan, kalo impian itu kita berusaha untuk mendapatkannya ,impian yang membuat kita jadi termotivasi, kalo harapan , itu cuma untuk orang-orang malas , yang engga ingin berjuang , cuma berharap pada semesta untuk mengabulkannya , dan menyebutnya sebagai harapan , ya kayak elu gini la" jawab ku bercanda kepadanya, "karna kadang-kadang harapan itu hanya bisa berjanji setinggi langit tanpa tau apakah mereka bisa mengabulkannya ato engga , sehingga semua manusia itu senang banget dengan yang namanya harapan , tanpa mereka tau suatu hari nanti mereka akan dijatuhkan sekencang-kencangnya oleh harapan itu sendiri, mangkanya jadi orang itu jangan terlalu banyak berharap" lanjutku , "ih kok lu jadi orang pesimis gitu si" kata diana dengan nada ketus tak setuju dengan alasanku , aku pun hanya tersenyum melihat wajah betenya.
#bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar