"Lu yakin bro mau pergi?" Tanya brandon kepadaku "gue harus bro , lu tau sendiri kan kalo bokap gue udah buat keputusan gimana" jawab ku pasrah sambil duduk di tempat tidur kost"an ku di jakarta waktu itu. "Terus diana gimana? Dia udah tau lu mau pergi?" Tanya brandon lagi "belom" jawab ku singkat , "gue tahu lu ga ada rencana buat bilang ke dia kan?" Lanjut brandon lagi yang hanya bisa membuat ku diam.
"Tumben amat lu ngajak gue makan di tempat kek gini , biasanya kan lu ga ada duit" kata diana bercanda kepadaku. Malam itu aku mengajak diana makan malam di salah satu restaurant yang lumayan ternama di daerah jakarta selatan , malam itu aku berencana untuk bilang ke dia kalo lusa aku bakal pergi. "Sebenernya gue ngajak lu kesini karna gue mau ngomong sesuatu ke elu" - "mau ngomong apa?" Tanya diana dengan wajah bingungnya. Kaki ku gemetar tak berani mengatakannya , mulut ini mati rasa tak mampu bicara , dan mata ini tak sanggup melihat apa yang akan terjadi jika aku mengatakannya. Mungkin memang tak ada status spesial diantara kami berdua , tak pernah ada kata sayang yang keluar dari mulut kami berdua , tapi apa yang telah kami lalui selama ini membuktikan lebih dari hanya sekedar kata "aku sayang kamu".
"Lu tahu jalan pulang kan?" - "taulah emang kenapa si?" Tanya diana dengan raut wajah yang semakin bingung. "Gue ke toilet dulu ya" kata ku beranjak dari meja itu , tapi bukan untuk ke toilet , melainkan aku memutuskan untuk pulang , aku memutuskan untuk meninggalkan diana sendiri di restaurant itu , bukan lantaran karna aku takut mengatakannya , melainkan aku tak seberani itu untuk melihat dia menangis di depan mataku , dan alasan ia menangis adalah aku.
Berkali-kali handphone ku berdering karna telpon dari diana , tetapi aku hanya duduk di tempat tidur ku tak berani mengangkatnya , "gue baru tahu lu ternyata sepengecut itu ya" kata brandon melihat aku yang dari tadi tak mau mengangkat telepon dari diana. Aku hanya diam tak ingin beragumen apa-apa , lagi pula aku mengakui jika aku memang pengecut pada saat itu , aku akan pergi ke Belanda dan waktu itu belum ada twitter atau instagram , tak ada jalan untuk berkomunikasi antara kami berdua , tetapi aku malah memilih untuk menghindar , bukannya menggunakan waktu sebanyak-banyaknya untuk bersamanya.
Mungkin ceritaku takkan sedramatis film AADC atau film-film lainnya , ketika cinta berlari mengejar rangga di saat terakhir sebelum rangga menaikki pesawat. Tapi pada hari itu , diana hadir di bandara international soekarno-hatta, aku tahu pasti brandon la yang memberitahu diana. Tak ada satu tetes pun airmata yang mengalir dari mata diana , aku tahu bukannya diana tak ingin menangis , tapi dia menahannya , ia tak ingin karna aku melihatnya menangis membuatku berat untuk pergi.
Aku pun memutuskan untuk memeluknya, hari itu kita adalah 2 insan yang sama-sama takut dengan yang namanya jarak , kami hanya diam di dalam pelukan itu tanpa berkata apa-apa , tak ada janji terucap diantara kami , hanya terus memeluk dan memeluk tak ingin melepaskan.
Ketika semua orang berpikir jika rasa mereka takkan mati hanya karna jarak yang begitu jauh , berbeda denganku , aku tahu ketika aku menaikki pesawat , aku sudah harus siap menghapus diana dari hidupku. Seiring dengan lepas landasnya pesawat , ketika roda pesawat mulai di lipat masuk , ketika pesawat sudah tak menyentuh tanah indonesia lagi , disaat itu lah , aku harus mengatakan "selamat tinggal diana , aku bahagia ketika bersamamu".
#bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar