Lagu "naff - kesempurnaan cinta" mengudara di seluruh bandung melalui saluran radio , termasuk rumahku. Ketika aku sedang mandi , ada telepon masuk ke handphone ku yang tak mungkin ku angkat , ku biarkan saja handphone itu terus berdering di meja kamar ku , hingga aku selesai mandi lalu ku lihat , ada misscall dari mba Sari , "dimas_26@gmail.com: ada apa mba?" Langsung saja ku email mba sari mengapa iya meneleponku pagi-pagi begini. Tak lama setelah itu masuk balasan di handphone ku "permataSari@gmail.com: dim kamu engga usah ke kantor dim ni hari , kamu langsung aja ke kantornya mba karen , dia nunggu kamu disana jam 9 buat bicarain konsep baru".
Sudah 3 hari berlalu sudah semenjak aku berbicara satu meja dengan diana , diana yang bersikap seperti orang yang tak pernah kenal denganku , termasuk sikapku pun terhadapnya. Ku pikir hari ini akan sama saja seperti hari yang kemarin , hari dimana kita sama-sama tahu kalo cerita kita memang sudah berakhir dan menjadi sebuah cerita lama.
"Nyari siapa mas?" Tanya seorang resepsionis , "saya mau nyari mba karen" jawab ku , "dari mana mas?" Tanya sang resepsionis itu lagi , "saya dimas dari Koala Advertiser" jawab ku singkat. Ya, aku memang bekerja di perusahaan advertisement. "Sebentar ya mas" kata resepsionis itu , lalu ia masuk ke dalam. Tak lama setelah itu keluarla seorang perempuan , tetapi perempuan itu bukan karen melainkan diana "karennya lagi ada urusan bentar , mungkin dia nanti nyusul , btw kita meetingnya di cafe bawah aja yuk , udah sarapan belom? Sekalian aja".
"Hot chocolate nya satu ya" kata diana ke pelayan disana , "kalo saya caramel machiatto" lanjut ku ke pelayan itu. Kami berdua duduk tepat di pinggir jendela , cuma ada aku dan diana duduk sebrang-sebrangan. "Masi ga suka sama yang namanya kopi?" Tanya ku membuka percakapan dengannya , "kamu sendiri masi minum kopi setiap hari?" Jawab diana dengan senyuman manis yang sudah lama tak ku lihat.
Hari itu tiba-tiba hujan turun , suara hujan yang mengisi latar seluruh percakapan antara aku dan diana di cafe itu , di temani secangkir coklat panas dan secangkir caramel machiatto. "Udah setengah 12 ni , mau makan siang bareng ga? Sekalian lanjutin ini?" Tanya diana sambil melihat jam dan menunggu reaksi jawabanku , tak tahu mengapa tapi mulut ini berbicara sendiri tanpa perintah dari otakku "boleh".
"Kamu kenapa bisa nyasar ke perusahaan ini? Bukannya dulu kamu sukanya sama fotografi?" Tanya ku di tengah-tengah makan siang kami , "kamu sendiri kenapa bisa ke perusahaan advertisement? Bukannya dulu...." , "idih malah nanya balik , orang di tanya bukannya dijawab" jawabku memotong kata-katanya, "hehehe iya-iya de , dulu papaku engga setuju kalo aku kuliah art , jadi aku disuruh kuliah finance di universitas indonesia" - "UI seriusan? Keterima di UI" - "ehhh engga usah ngeledek ya" , tawa dan canda kami pun mengisi pembicaraan kami hingga sang senja lelah untuk bersinar dan memilih untuk beristirahat.
Malam itu aku duduk sendiri di teras rumah di temani dengan handphone ku menatap rembulan yang menjadi satu-satunya sumber cahaya pada malam hari itu. Diana sebuah cerita lama yang tadinya ku pikir jika cerita itu sudah berakhir , tapi ternyata sang penulis memilih untuk mempertemukan kami kembali di sebuah cerita yang berbeda , cerita dimana kami sudah menjadi pribadi yang lebih dewasa , kami menjadi orang yang lebih mengenal apa itu kata cinta , bukannya dua orang anak SMA yang hanya saling mencoba untuk bersama...Selamat malam diana.
#bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar