Minggu, 17 April 2016

Selamat malam untuk diana #2

     "Bentar-bentar , lu ngeliat siapa? Diana?" Tanya brandon tak percaya , "iya diana temen SMA kita dulu" jawab ku , "bukannya setau gue dia di london?" Tanya brandon lagi , "ga tau dah gue , gue udah ga denger kabar dia lama banget" kata ku sambil mengambil stick billiard dan menyodok bola billiard.

     Hari-hari kembali berjalan seperti biasa , udara sejuk masi mengisi pagi kota bandung , pertemuan kemarin dengan diana di cafe sama sekali tak mengusik pikiranku , kebiasaan masi tak mengganti rutinitasnya. Secangkir kopi di pagi hari , ke kantor , meeting , lalu kembali pulang ke rumah.

     Seminggu kemudian ketika aku sedang di kantor , aku mendapat email masuk "permataSari@gmail.com: dim , nanti sore jangan lupa ya meeting di cafe deket kantor jam 4 sore , oiya itu proposalnya jangan lupa di bawa juga". "dimas_26@gmail.com: siap mba , tenang aja" Jawab ku simple.

     Setengah 4 aku sudah berangkat dari kantor mengendarai mobil ku , jam 4 kurang 5 menit mobil ku sudah sampai di parkiran cafe , langsung aja aku masuk ke dalam cafe dan aku melihat mba sari supervisorku sudah disana. "Cepet amat mba udah dateng" kata ku sambil duduk di bangku sebelahnya , "tadi sekalian meeting juga , abis kelar meeting langsung ke sini" jawab dia singkat sambil mempersiapkan berkas-berkas untuk meeting , "oiya dim , proposalnya kamu bawa kan?" Lanjut dia lagi , "bawa kok
, nih" kata ku sambil memberikan proposal itu.Tak lama setelah duduk sang klien pun datang , "dim ni kenalin klien kita" kata mba sari memperkenalkan kami "dimas" kata ku sambil menjulurkan tanganku , "hallo aku karen , ini temenku diana" katanya sambil menjabat tanganku.

     Ya ,dia adalah diana yang sama dengan yang kemarin ku lihat di cafe , diana yang sama dengan diana yang duduk di bangku SMA bersamaku dulu , diana yang dulu pernah bersama-sama denganku mengupayahkan sebuah cerita.

     mungkin memang waktu mengubah segalanya , rasa canggung menjadi cair , tawa bisa saja berakhir tangis , dan rasa sayang hanya menjadi sebatas teman. Sore itu , cafe itu , menjadi saksi ketika dua insan yang dahulu pernah mengupayakan sebuah cerita bersama , saling memeluk erat di bandara international soekarno-hatta , ketika kami sama-sama takut dengan yang namanya "jarak" , kini sore itu menjadi saksi, kami berdua duduk di sebuah meja yang sama di sebuah cafe , membicarakan tentang pekerjaan , tanpa saling mengungkit masa lalu , tanpa saling bertanya kabar , hanya dua insan yang seperti baru kenal , tanpa sedikit pun menunjukan rasa yang pernah ada. Mungkin bukan kami yang tak ingin menunjukan rasa itu , tapi mungkin memang rasa itu yang telah tak ada.

#bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar