Sabtu, 30 April 2016

Selamat malam untuk diana #13

      "martabak coklatnya satu ya, mau pake keju ga?" Tanya ku kepada diana di depan kedai martabak di kuta, "boleh" jawab diana, "kalo gitu jadinya campur ya mas" kataku lagi kepada penjual martabak itu. "Keknya besok aku mau ke bedugul de" , "bedugul? Sama siapa?" Tanya diana bingung , "sendiri si kayaknya , sewa mobil terus ke sana jalan-jalan liat pemandangan , katanya si disana ada danau yang bagus" Tanyaku sambil duduk di meja depan kedai martabak itu , "besok?" Tanya diana dengan wajah masi tak percaya , "iya besok , lagian kan meeting kita udah kelar , ada break satu hari sebelum balik , aku mau ke bedugul" kataku lagi meyakinkan diana , "tapi ngapain?" Tanya diana dengan raut wajah yang semakin bingung , "ya gapapa , pengen aja sendirian jalan-jalan liat pemandangan yang bagus" jawab ku sambil tersenyum ke diana.

     malam harinya aku sedang mengemas barang ku untuk esok hari , "ngapain ke bedugul coba bro , bali banyak cewe cantik , mening ntar maleman lu pergi clubbing sama gue" kata kevin sambil rebahan di kasur hotel memperhatikanku beres-beres barangku. "Gue butuh sesuatu yang tenang bro , bukan yang berisik" jawabku sambil tetap membereskan barang-barangku , "yaudah serah lu deh , emangnya kenapa si lu tiba-tiba pengen pergi sendirian gitu?" -"gapapa" kataku sambil menutup mini koperku.

     "Monggo mas ini kunci mobilnya" kata orang rental mobil yang akan ku sewa sambil memberikan kunci mobilnya padaku , jam 5 pagi mobil rental yang ku sewa diantarkan ke hotelku."makasi ya pak" kataku sembari ku mengambil kunci mobil itu , memasukan mini koperku ,lalu aku pun pergi meninggalkan hotelku , menuju ke bedugul.

     Lagu lost star menemani perjalanan ku , ku nyalakan lagu itu dari handphoneku yang ku sambungkan ke speaker mobil grand livina yang ku sewa. Pemadangan ombak mengisi sepanjang jalan yang ku lalui dari kuta menuju bedugul , tempat dimana aku akan menyendiri di sana untuk beberapa saat , mungkin aku terlalu lelah dengan yang namanya kepenatan , mungkin aku terlalu bosan dengan kelap-kelip lampu malam , atau mungkin aku terlalu lelah untuk percaya dengan yang namanya harapan.

     "Ini mba kamar yang saya pesan" kataku sambil menunjukan aplikasi pesan hotel online dari handphoneku , "oh atas nama mas dimas ya , kamarnya sudah disiapkan , mari mas saya antar ke kamarnya" kata receptionist hotel itu , "ohh ga usah , saya sendiri aja" kataku sambil mengambil kunci kamarku "makasi ya" lanjutku.

     Ku memasuki kamarku , ku taruh semua barang-barangku , ku berjalan membuka pintu teras kamarku ,pemandangan danau bedugul menemani sore hariku , duduk di teras kamar , memandangi danau yang tenang sambil menghirup udara yang sejuk "andai hatiku bisa setenang danau ini" gumamku dalam hati.

     Keesokan harinya jam 7 pagi aku sudah berada di airport international bali , tapi bukan untuk pulang ke bandung , melainkan aku anak naik penerbangan ke lombok jam 8 nanti , ternyata aku membutuhkan waktu untuk sendiri lebih dari 1 hari "dimas_26@gmail.com: kev , gue ga ikut penerbangan balik ke jakarta".
Aku pun mengirim email untuk memberitahu kevin sebelum aku naik ke pesawat penerbangan ke lombok , ku cabut headset di telinga ku , ku tarik kebawah sedikit topi kupluk ku , ku kantongi handphoneku , lalu aku pun mulai berdiri dari bangku tunggu , ku keluarkan tiket dari kantong belakang celana ku , sambil berjalan perlahan memasuki gerbong pesawat menuju ke lombok.

#bersambung.

Jumat, 29 April 2016

Selamat malam untuk diana #12

     "baliiii brother" kata kevin kepadaku ketika kami baru turun dari pesawat , "norak lu , kek ga pernah ke bali aja" jawabku kepadanya sambil bercanda. Sudah lama aku tak pernah menginjakan kaki lu lagi di bali , lama sekali , mungkin terakhir kalinya aku menginjakan kaki ku di bali ketika aku SMP dulu.

     "Kok mobil yang jemput kita belom ada ya" tanya mba karen kepada kami sambil terus mengecek handphonenya , "wah nunggu di luar gini panas juga ya , knapa ga nunggu di dalem aja?" Celetuk kevin sambil jongkok di sebelah kopernya dengan muka kepanasannya. "Di telfon ga bisa mba?" Tanyaku kepada mba karen , "engga bisa ni dari tadi di telponin ga masuk-masuk , kata orang kantornya supirnya udah jalan dari tadi" kata mba karen sambil mencoba untuk menelepon lagi. Sekitar 15 menitan akhirnya mobil jemputan kami sampai juga , kijang inova , ketika mobil itu sampai , kami langsung memasukan barang-barang kami , dan kami menuju hotel , checkin , dan mengistirahatkan badan kami yang sedikit lelah. "Jangan lupa nanti jam 6 standby ya , kita mau meeting nanti jam 7" kata mba karen mengingatkan kami sebelum masuk ke kamar masing-masing , aku dan kevin tidur di satu kamar , begitu pun dengan mba sari dan diana.

       "Gila gue cape banget" kataku sambil merebahkan badanku di kasur yang dekat jendela, kasur di kamar kami double bed, "eh kok lu ambil kasur yang itu si ah" kata kevin sambil menaru kopernya , "eh lu mau tidur , lu gila? Ini bali men , ga ada waktu buat tidur" kata kevin sambil membuka pintu balkon dan keluar ke balkon melihat pemandangan pantai dari kamar kami.

     "Ok meeting kita lanjutkan besok siang ya" kata pak burhan , investor kami dalam proyek kali ini , "baru jem 9 ni , jalan-jalan dulu yuk" kata kevin mengajak kita , "males ah" jawab ku santai , "yaudah de gue pergi sendiri" - "becandala , yodah yuk , kasian amat lu jalan-jalan sendiri , diana , mba karen ?" Tanyaku kepada mereka berdua. "Engga de , badanku cape , lagian tadi kan masi ada revisi dari pak burhan , masi ada yang harus di benerin ni malem" jawab diana , "saya nemenin diana aja , inget kalian berdua jangan pulang malem-malem , besok masi harus meeting lagi" sambung mba karen.

     Malam itu aku dan kevin jalan-jalan berduaan , menjadi dua orang lelaki yang nyasar di bali , "minum yuk" ajak kevin tiba-tiba ketika kami sedang duduk di pinggir pantai malam itu , "dimana?" Jawabku dengan santai , "kalo club males ah , cari bar aja , lagi pengen yang tenang-tenang gue" lanjutku , "yodah bentar gue cari dulu bar yang terkenal di sini" lanjut kevin sambil mengutak-ngatik handphonenya.

      "ada ni The Bush Telegraph Pub , tapi rada jauh dari sini" kata kevin setelah 5 menitan mengutak - ngatik handphonenya, "naik taxi aja apa dari sini?" Jawab ku sambil melihat jam tanganku "jam 11 si , masi ada ga ya".  "Coba aja dulu yuk , kedepan la , di pinggir laut gini mana ada taxi" kata kevin bercanda sambil beranjak dari tempat duduknya.

     "Balik jem berapa kalian semalem? Itu muka masi pada ngantuk banget" kata mba karen meledek kami ketika kami datang sarapan masi dengan muka bantal  , "abis ini kita langsung review materi yang buat meeting entar ya" sambung diana sambil memotong roti panggangnya , "abis ini?"tanya kevin sedikit terkejut , "gila baru mau tidur lagi" lanjut kevin masi dengan muka bantalnya yang lebih parah dari pada aku.

      "Mba karen mana?" Tanyaku ke diana yang sedang duduk sendirian di lobby , "tadi katanya mau beli minum bentar , kevin?" - "masi mandi" kataku sambil duduk di sofa seberang diana "jadwal hari ini meeting doang kan?" Lanjut ku bertanya ke diana , "kayaknya si iya" - "abis itu pergi yuk" ajak ku ke diana , "siapa aja?" Tanya diana , "berdua?" - "boleh".

#bersambung.

Kamis, 28 April 2016

Selamat malam untuk diana #11

     "kak dimas boleh minta tolong ga?" Sebuah notifikasi masuk ke handphoneku , dan ternyata itu adalah line dari cindy , "kenapa cin?" Tanyaku yang sedang menikmati malam hariku di kasur apartmentku , "aku abis ke minimarket , pas balik , dorm ku udah di kunci" balas cindy lagi , "lu di dorm yang mana?".

     "Lucu juga ya lu , bisa kekunci gitu" jawab ku sambil bercanda kepadanya , "ih , kok jahat si" balasnya sambil bercanda juga. "Gue udah telponin temen gue yang megang kunci cadangan dorm international , dia lagi pergi nonton , 1 jem lagi lah baru balik" - "lumayan lama ya" - "baru juga jem 11, dari pada malem ini tidur di luar ,eh balik ke minimarket lagi yuk, gue mau beli cemilan" kataku sambil melangkah balik menuju minimarket.

     ketika aku dan cindy sedang asik-asiknya ngobrol , tiba-tiba handphone cindy berbunyi dan ada sebuah notifikasi telepon masuk , ketika notifikasi itu masuk cindy hanya mendiamkannya hingga telepon itu mati dengan sendirinya , lalu handphone cindy berbunyi lagi karna masuknya telepon untuk kedua kalinya. "Kok ga diangkat cin?" Tanyaku memperhatikan cindy yang berusaha cuek dengan teleponnya , "biarin la , cape juga kalo di angkat" jawab cindy dengan raut yang sepertinya agak sedih.

     Malam itu cindy berhasil kembali ke kamarnya , hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa , belajar , kerjain tugas , ngurusin siswa exchange , balik ke apartment , masak indomie , ga ada yang berubah , indomie goreng tetap lebih enak dari pada indomie kuah.

     Kamis malam adalah malam dimana biasanya anak-anak indonesia ngumpul bareng dan cerita-cerita sharing tentang apa saja , dan biasanya basecampnya adalah di apartment aku dan hansen.

     "Ayu maen truth or dare yuk , mumpung ada anak-anak baru ni" usul hansen ketika kami sedang ngobrol-ngobrol di ruang tamu , "ayuk bole" celetuk bastian , murid indonesia 1 tahun di bawahku. Botol minum mulai di putar , satu persatu anak mulai kebagian , dan ketika putaran botol mulai memelan , putaran kali ini berhenti tepat di depanku , "ayu dimas dimas , ayu truth or dare dim?" Tanya hansen dengan penuh semangat  , "truth de truth" kataku , "kapan pertama kali lu pacaran?" Tanya hansen dengan semangat yang masi sama , "ga pernah" jawab ku santai , "bohong ah" - "eh beneran" kataku ke hansen sambil tertawa , "kalo suka sama cewe pernah berapa kali?" Celetuk cindy di tengah candaan kami , "wuanjirr pertanyaannya coyyy" celetuk bastian , aku sempat terdiam sejenak menatap ke arah cindy "suka sama cewe ya?" Kataku dengan tenang dan sedikit tersenyum dengan masi menatap ke arahnya, lalu tiba-tiba ada telepon masuk di handphone cindy , "ehh bentar-bentar ya" kata cindy mengambil handphonenya di sofa lalu keluar ke balkon apartment ku untuk mengangkat telepon itu , ia terlihat sedikit berbincang-bincang di luar , dan malam itu , pertanyaan itu belum sempat tersempat terjawab olehku.

#bersambung.

Rabu, 27 April 2016

Selamat malam untuk diana #10

     Den Bosch , holland, musim gugur 2013. Daun-daun sudah berguguran , sebentar lagi salju mulai menutupi seluruh jalan di Den Bosch. "Dim ,lu mau ikut ga , gue sama anak-anak yang lain mau nongkrong di cafe biasa" tanya hansen kepadaku yang sedang memakan indomie gorengku di meja makan kami , "sekarang? Indomie gue belom abis" kata ku sembari mengunyah indomieku , "udah yuk tinggal aja indomienya , banyak makanan enak di cafe , lu malah makan indomie , buruan pake jaketnya" kata hansen sembari mengambil jaketku di sofa ruang tamu dan melemparkannya padaku , "yaudah , sabar gue ganti celana dulu , gue masi pake boxer" kataku sembari beranjak menuju kamarku.

     "Caramel macchiato one please" kata ku ke barista cafe itu , "keknya jadi barista gitu keren ye" kata hansen kepadaku sambil memperhatikan barista cafe itu membuat kopi  , "barista tuh harus tahu macem-macem kopi , elu kan cuma bisa buat kopi item , siapa yang mau nerima elu" kata ku kepada hansen sambil bercanda. "This is your coffee sir" - "thank you" kataku sambil mengambil caramel macchiato ku.

     "What do you think if the cover for the poster look like this?" Tanya alex padaku , oiya alex ini teman kuliahku asal america , orang asli america , kulitnya hitam , rambutnya tipis , ga sampe 3cm kayaknya. "I think it's too complicated , how about like this" kataku sembari mengutak-ngatik desain di laptop alex , sembari nongkrong di cafe aku sambil membahas tugas dengan alex. Aku salah satu panitia student union di kampusku , tugas ku adalah mengurusi anak-anak international di kampusku , mungkin hal yang tidak mungkin bagi ku untuk menjadi pengurus di kampus jika melihat diriku sewaktu SMA dulu yang setiap hari kerjaannya cuma main bola terus. Sekarang aku dan alex sedang mengurusi poster untuk exchange antar anak international.

     Hari itu adalah hari kedatangan anak-anak exchange tahun pertama ke kampus ku , hansen adalah orang yang bertanggung jawab membawa mereka keliling kampus , sedangkang aku akan menjadi mentor mereka untuk 1 bulan ke depan. Aku adalah mentor dari group 3.

Group 3.
Mentor: dimas (Indonesia)

1. Heinrich (England)
2. Julius (Canada)
3. Maria (Malaysia)
4. Calen (Australia)
5. Cindy (Indonesia)
6. James (America)
7. Gandhi (India)
8. Chen jiaqi (China)
9. Kira (Japan)
10. Arch (America)

     Semua murid exchange di kumpulkan di main-hall , ketua panitia exchange student sedang melakukan ceramah di depan anak-anak exchange. "Orang indonya berapa banyak sen?" Tanyaku ke hansen , "sekitar 5-6 orangan la , di kelompok lu ada?" - "ada ni satu orang" kataku sambil menunjukan foto list kelompokku padanya.

     "Group three can meet your mentor in room 405".

     "Hey , im dimas , i came from indonesia , and i think there is one student came from indonesia too , cindy right?" Kataku berusaha mencari mana yang namanya cindy , "yes , it's me" jawab cindy sambil mengacungkan tangannya , ku akui cindy anaknya cantik , imut , dengan kacamata kotak dan rambut di kuncirnya.

     Saat itu aku menjelaskan semua peraturan dan kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan selama sebulan di kampus ku.

     "Ok i think that's all , all of you can go , i hope you guys enjoy here and don't forget to come to main-hall at 6pm ok" kataku membubarkan kelompokku , "kak dimas" kata cindy sambil menghampiriku , "ga usah panggil kak , dimas aja" jawabku santai , "bole nanya ga? Orang indo yang kuliah di sini ada berapa orang ya?" Tanya cindy dengan nada sedikit gugup , "santai aja kali , sekitar 13an la , 14 sama gue , di tambah anak exchange jadi ada 20 oranganla" jawabku sambil mengira-ngira. "Oiya lu ada line? Biar gue invite ke group anak-anak indo disini" tanyaku sambil mengeluarkan handphone ku. "Ada kok , nih.."

#bersambung.
    

Selasa, 26 April 2016

Selamat malam untuk diana #9

Nama: dimas prakoso.
Kelas: 11IPS2.
Ulang tahun: 4 november .
Hobi: main bola.
Visi dan misi hidup:
membantu sungoku mengumpulkan 7 bola dragon ball.

     "Ini apaan visi misinya begini? Tolong serius dikit dong" kata diana dengan nada kesal ketika ku berikan kertas biodata yang dia minta aku isi , "apa lagi?" Jawab ku dengan nada agak malas , "ya ini masa visi misinya begini si , yang bener aja , mau di masukin majalah sekolah tapi kek gini" balas diana dengan nada marah lalu pergi meninggalkanku.

     "Ok anak-anak , karna kemarin bapak tidak masuk , kelas hari ini akan digabung menjadi 3 kelas , 11ips2 , 11ipa1 , 11ipa2 , sekarang kalian semua ke aula ya" kata guru matematikaku , pak ansu menggunakan speaker sekolah.

Kelompok 13:
-vincent
-heinrich
-tiffany
-cindy
-diana
-jevan
-abigail
-angga
-dimas
-natasya
 
     "Ingat tugas dikumpulkan 2 minggu lagi , jangan main-main , kerjakan dengan benar , kelas selesai" kata pak ansu , diikuti dengan bubarnya anak-anak.

     "Lu kenapa ga dateng kerja kelompok kemarin?" Tanya diana menghampiri ku yang sedang makan bakso di kantin , "gue ada latihan di sekolah bola" jawab ku singkat sambil tetap makan bakso , "tau ah , gue cape debat mulu sama lu , lu tuh keras kepala banget si" jawab diana lalu pergi meninggalkanku lagi , masi dengan emosi yang sama , kesal , seperti emosi dia yang sudah-sudah ketika pergi meninggalkanku.

     "iya dimas bung , bola masi di kuasi pemain nomor punggung 8 , masi mengutak-ngatik bola , menggocek , dan melewati dua pemain sekaligus , one on one dengan kiper , dimas menendang , jebrett dan GOOLLL!!! , team tandang jelas-jelas di pecundangi bung , 5-0 tanpa gol balasan , dimas membawa sekolahnya masuk semi-final djakarta football cup".

     "Udah selesai kan pertandingannya , ga ada alasan lagi , ni elu kerjain nomor 30 sampai 50 , besok kasih gue" kata diana menghampiri ku selesai aku keluar dari ruang ganti sambil menyodorkan sebuah buku , lalu aku hanya diam saja memandangi buku itu tapi aku tak mengambilnya , "masi ga mau? Ada latihan bola lagi? Yaudah" kata diana kesal namun pasrah sambil ingin beranjak pergi , tapi sebelum diana pergi ku ambil bukunya "lusa gue kasih lu" kata ku sambil berjalan melewatinya.

#bersambung.

Senin, 25 April 2016

Selamat malam untuk diana #8

      "Dim , lu tau ga kalo kalo ada anak baru?" Tanya tony kepadaku ketika kami sedang beristirahat minum di lapangan futsal sekolah , "anak baru , siapa?" Tanyaku setengah tak peduli sambil mengikat tali sepatu ku , "cantik men , terus katanya si dia pindahan dari ausy" kata tony dengan masih antusias dengan anak baru itu , "bule?" , "bukan ah , dia pernah sekolah di ausy , tapi bukan bule" lanjut dia lagi , "oh yaudah ga tertarik" jawab ku singkat sambil bercanda , "najis gaya loe tong tong" balas tony dengan sambil bercanda juga.

     "Oke anak-anak , besok coach sekolah bola arsenal bakal nonton pertandingan futsal kita melawan sekolah lawan , main secara maksimal , main yang antusias , bisa jadi coach jim milih kalian buat main di team dia" , kata pelatih futsal sekolah ku ketika membriefing kami semua , saat itu juga semua anak futsal menjadi antausias , termasuk aku , aku merasa impianku anak tercapai , menjadi pemain bola profesional , berawal dari beasiswa sekolah bola arsenal.

     "Don , latian bola lagi yuk , di lapangan deket kost-kostan" ajak ku ke brandon ketika kami selesai membereskan tas kami masing-masing , "yang deket kali itu? Lu ga iket terakhir kali kita main di situ , lu nendang tu bola sampe masuk kali , engga-engga , gue mau pulang , mau mandi" jawab brandon sambil berjalan memakai tasnya , "ayula , ini kan beda , besok ada coach dari sekolah bola arsenal" kata ku berusaha membujuk brandon , "eh nyet , gocekan lu , tendangan lu tuh udah ga di ragukan lagi se jakarta selatan" , "tapi kan besok kita lawan sekolah jakarta barat" , "terserah lu".

     "DIMAS DIMAS DIMAS!!!" banyak suara terdengar dari pinggir lapangan menyemangati ku , bukannya aku besar kepala , tapi bisa di bilang aku adalah messinya sekolah ku , aku menggunakan nomor punggung 8 , dan idola ku adalah iniesta.

     "Iya bung dimas menggocek , melewati pemain nomor 14 , mengoper pada pemain nomor 4 , one two , operan balik ke dimas , lagi-lagi menggocek pemain nomor 6 , umpan ke dalam , langsung di sambut pemain nomor 9 , dia menendang dan GOOLLLL!!!! , pemain nomor 8 sayap kanan sang tuan rumah tampil gemilang hari ini , 2 assist 1 gol , membuat tuan rumah unggul 3-0".

     "Dim , coach jim mau ngomong sama kamu" kata pelatih futsal ku memanggil ku di ruang ganti , membuat seketika ruangan menjadi hening , semua mata satu team tertujuh kepadaku , ku berdiri dan berjalan perlahan sedikit gugup di setiap langkahku.

     "Dim?" Tanya brandon ketika aku kembali ke ruang ganti , "gue...gue trial di sekolah bola arsenal!!!" kataku sambil menunjukan kaos team yang diberikan kepadaku , "WOOOO!!!" , seketika ruang ganti menjadi ribut , seluruh tim memelukku , dan kita semua loncat-loncat dan teriak-teriak kegirangan.

     "Dimas ya? Kenalin gue diana , kita anak-anak majalah sekolah mau wawancara lu sebagai salah satu anak dari sekolah ini yang bisa trial di sekolah bola arsenal". Pagi itu diana menghampiri ku yang sedang baca komik naruto duduk sendiri di bangku ku , dulu aku ga tahu dia siapa , sama sekali aku ga kenal , yang aku tahu cuma dia mengganggu ku yang sedang asik-asiknya baca komik naruto , malah narutonya lagi mau lawan neiji lagi di ujian chunin.

     "Kapan-kapan aja ya , jangan sekarang , lagi cape bekas pertandingan kemaren" jawab ku kepadanya dengan sedikit senyum dan kembali membaca komik naruto , "gila ya lu , baru keterima trial aja blagu banget" kata diana dengan nada kesal lalu pergi meninggalkanku , "dasar cewe" dalam hatiku , sambil aku terus melanjutkan membaca komikku.

     Satu hal yang tony lupa bilang , kalo cewe pindahan dari ausy itu cantiknya pake banget , namanya celine , emang si dia bukan bule , tapi rambutnya rada kecoklatan , dan yang gue baru tahu lagi , kalo dia gabung sama majalah sekolah, dan dia nyamperin gue ke kantin "dimas ya...." ya dia mengulangi lagi kata-kata yang diana ngomong ke gue tadi pagi dengan sama persis ,  cuma namanya aja yang di ganti.

     Karna dia cantik , akhirnya gue setuju untuk di wawancara.

#bersambung.
    
    
    

Sabtu, 23 April 2016

Selamat malam untuk diana #7

     "Makasih loh dim udah benerin mobil aku" , "santai aja , bukan aku kali yang benerin , yang benerin mah montir" kata ku sambil bercanda kepadanya , sambil mengisi setiap perbincangan antara aku dan diana sore itu di taman apartmentnya. "Eh dim , kamu main path ga?" Tanya diana sambil duduk di salah satu bangku taman, "hah?path?apaan tuh?" , "kurang update ya kamu , masi kayak dulu" jawab diana sambil bercanda padaku , "sini handphone kamu , biar aku download path skalian aku ajarin" lanjut diana lagi sambil meminta handphone ku.

     "@dimas_26: i'm at pascal food market with @dianaa".

     "Udah ngerti dim makenya? Jangan norak ah" kata diana becanda karna melihatku yang senyum-senyum sendiri karna pertama kali menggunakan path. "Iya-iya tahu mentang-mentang yang selalu update sama sosmed ,eh btw dulu waktu di london pake sosmed apa?" Tanyaku pada diana , dia dulu memang pernah bekerja di london. "Ya engga jauh beda si sama di indo dim , facebook , twitter , instagram , path , ya gitu-gitula" jawab diana sambil meminum jus alpukatnya , "eh kenapa balik ke indo , kenapa ga di sana aja? Terus knapa bandung? Knapa ga jakarta?" Tanyaku lagi , "bawel , banyak nanya" jawab diana sambil bercanda kepadaku.

     Kami terus berbincang di pascal , makanan kami masing-masing sudah habis , tapi kami sama sekali tak ingin beranjak dari situ , semua topik kami bicarakan , dari artis yang lagi naik daun , pekerjaan , jaman-jaman SMA dulu , sampai kami membayangkan jika doraemon menikah. Segala macam hal kami lakukan agar malam itu tak berakhir.

     "Dim , kamu lusa ke bali ya , sekalian sama kevin , ada bisnis yang mau di bicarain sama klien di sana , sama perusahaan mba karen juga , jadi harus ada rapat gabungan , dan kita udah setujuh kalo rapatnya bakal disana. Lusa jam 8 pagi pesawat flight , kamu berangkat ber4 , kamu , kevin , mba karen , dan mba diana , semuanya bakal di atur sama mba karen disana , inget dim jangan sampai kacau , ini klien besar"

     "Gimana udah pada siap?" Tanya kevin sambil memakai sabuk pengaman, pagi itu kami menaiki pesawat citilink kelas bisnis , aku duduk berasama kevin , dan diana dengan mba karen , kevin memilih duduk dekat jendela , begitu juga dengan mba karen , sehingga kini aku dan diana hanya di batasa oleh sebuah jalur untuk orang lalu lalang.

     Dulu ketika aku memutuskan untuk melupakan diana dengan seiringnya lepas landas pesawat , aku tak pernah menyangka, diana kini berada di seberangku , dan kita sama-sama lepas landas. We off to bali.

#bersambung.

Jumat, 22 April 2016

Selamat malam untuk diana #6

     "Kring-kring" handphone ku berbunyi di pagi hari membangunkan tidurku , setelah ku lihat ternyata telepon dari kevin , "hallo kenapa kev?" - "lu dimana? Skarang udah jem berapa , si bos bisa marah nih , 15 menit lagi lu udah harus sampe kantor , mau ada rapat gabungan sama kantor pusat" jawab kevin dari seberang sana , ketika mendengar kevin , aku langsung melihat jam dinding ku , dan ternyata jam sudah menunjukan jam 8:45 , aku kesiangan bangun. "Oke oke bentar , gue jalan sekarang" , langsung saja tanpa mandi lagi , aku langsung mengenakan pakaian kantor ku dan langsung naik ke mobil tancap gas.

     Untung saja aku tak telat , aku datang ke meeting tepat pada waktunya. "Jam setengah sebelas ni , cari makan yuk" ajak kevin kepadaku , "sekarang?" Kataku sambil melihat jam tanganku , "iye sekarang ajala , gue udah laper" kata kevin , "yodala yuk cao , lu nyetir ya".

     "KarenTiffany@gmail.com: dim , nanti jam 1 bisa ke kantor saya? Ada beberapa berkas yang harus kita bahas" sebuah email masuk ke handphoneku , "bro , ntar abis makan siang lu bisa anterin gue ke kantornya mba karen ga , ada berkas yang mau gue bahas" kata ku bertanya ke kevin yang sedang menyetir , "mba karen? Siapa lagi tuh? Cantik ga? Kenalin dong" kata kevin sambil tetap menyetir , "lu mah cuma nganterin gue doang , abis itu lu balik ke kantor" jawab ku lagi padanya , "ah ga seru lu" jawab kevin sambil tetap menyetir.

     Sekitar jam 3 sore aku sudah selesai meeting dengan mba karen , aku sedang di lobby kantornya mba karen menunggu taxi. "Dim , ngapain disini?" Sebuah suara dari belakang ku yang mengejutkanku , "eh diana , tadi abis meeting sama mba karen" jawabku basa-basi kepadanya , "meeting? Kok karen ga kasih tahu aku si , oiya udah mau balik?" Tanya diana lagi , "oh iya ni,lagi nunggu taxi" jawab ku lagi , "tumben amat ga bawa mobil , bareng aja yuk".

     Di tengah perjalanan mobil diana mogok. "Yah dim gimana ni?" tanya diana dengan wajah yang agak cemas , "ini aku lagi contact bengkel mobil langganan aku , kamu balik duluan aja , biar mobil kamu aku yang urus , aku cariin taxi ya" kata ku sambil membuka aplikasi taxi online. Tak beberapa lama sebuah taxi pun sampai , ku buka kan pintu dan ke persilakan diana masuk , taxi itu pun pergi mengantarkan diana pulang. 10 menit setelah taxi diana pergi , orang bengkel langganan ku pun datang dan menderek mobil diana.

     "Kenapa mas?" Tanya ku kepada montir yang sedang mengutak - ngatik mobil diana , "ah gapapa ini , biasa ini mah , tenang aja , bentar lagi juga beres" kata montir itu sambil tetap mengutak-ngatik mobilnya diana.

     "Gimana bengkel rame?" Tanya ku pada terry , teman SMPku dulu sekaligus pemilik bengkel ini. "Ya gitula dim , kadang-kadang rame kadang-kadang engga , rejeki kan yang diatas yang ngatur" , "ah bisa aja lu" kata ku sambil bercanda padanya sambil meminum sebotol teh botol. Mobil diana pun sudah selesai di benerin , aku pun membawa mobil diana pulang.

     "dimas_26@gmail.com: diana ,mobilnya udah bener , besok mobilnya di anterin ke kantor ya".

     "Dianaa@gmail.com: Engga usah, anterin ke apartment aku aja , makasih loh dim , sorry ngerepotin"

     Rasanya sudah lama sekali tak berhubungan denganmu diana , sudah lama sekali , sejak 6 tahun yang lalu , bukan waktu yang sebentar ketika kita berdua saling kehilangan kabar.

#bersambung.

Kamis, 21 April 2016

Selamat malam untuk diana #5

     Den Bosch ,holland, musim semi 2013, hari itu adalah hari yang cerah , dimana matahari bersinar tanpa diganggu salju , bunga kembali mekar seperti sedia kala , yang berbeda kini , hanya aku tanpamu diana.

     "lu balik ke jakarta tahun ini dim?" Tanya hansen teman satu apartment ku selama di belanda , anaknya asik , menurutku dia adalah anak yang setia kawan , siap membantu , dan dia bisa berada di belanda karna beasiswa. Tapi sekarang aku sudah tak tahu keberadaanya sejak hari kelulusan , itu adalah hari terakhir aku melihatnya , kita kehilangan kabar masing-masing , dia balik ke kampung halamannya bogor dan aku ke bandung. "Keknya si engga sen , ga ada kerjaan juga di indo, keknya gue mau cari kerja aja de disini" jawab ku sambil tanganku tetap sibuk pada stick PS2ku , "gue juga keknya ga balik si , harga tiket lagi mahal" kata hansen sambil duduk di sofa sebelahku melihatku bermain PS , "cewe lu gimana? Eh tapi lu hebat juga ye LDRan 3 tahun masi bertahan sampe sekarang" kataku sambil tetap fokus pada PS , "yah dia pasti ngertila duit gue disini juga pas-pasan , ga bisa di paksain pulang terus" jawab hansen dengan nada yang agak sedih.

     Sebuah notifikasi masuk ke handphone hansen , ia menggambil handphone itu dari meja tamu lalu ia mengutak-ngatik handphone nya sebentar "dim , alex ngajakin main bola ni" , "lu kan tahu sendiri gue ga main bola" jawab ku singkat , "gue ga percaya , itu game bola lu mainin mulu di PS , terus lu juga jago mainnya gue kebantai mulu , ayula main la" kata hansen berusaha membujuk ku , "ye di bilang gue ga bisa main ga percaya , kaki gue ga jago buat giring bola , yang jago itu jari-jari gue mencetin ni stick" kata ku sambil bercanda , "ah ga seru lu , yaudah gue siap-siap dulu" kata hansen sambil beranjak masuk ke kamarnya.

     "Gue pergi dulu ya , mo nitip makanan ga dim?" Kata dimas sambil memakai sepatunya , "kaga-kaga , udah sana-sana pergi lu" kataku sambil bercanda , "yaudah yo dah" kata hansen menghilang seiring di tutupnya pintu apartment.

     Bermain PS seharian di ruang tamu apartment lama-kelamaan akhirnya membuatku bosan , akhirnya aku putuskan untuk jalan-jalan keluar sekalian mencari makan malam. Ku pakai jaket hoodie merah maroon ku , dan ku jalan keluar. Malam minggu di belanda dan di indonesia tak jauh berbeda , jalanan di penuhi orang-orang pacaran , ku berjalan melewati satu cafe demi satu cafe , tak ada satu cafe pun yang menarik perhatianku untuk ku masuki.

     Setelah lama berjalan , akhirnya ku putuskan untuk masuk ke satu cafe di sebuah tikungan jalan , aku duduk di meja yang menghadap ke kaca cafe itu , sehingga selama aku makan di cafe itu , pemandangan yang ku lihat adalah mobil dan orang-orang yang lalu lalang.

     Aku sudah selesai menyantap makan malam ku , sebuah sandwich isi ayam , kini aku sedang menikmati secangkir kopi hangat sambil bermain dengan handphoneku , dulu sedang jaman sama yang namanya twitter , aku pun melihat-lihat timeline twitter ku.

"@BRANDOOON: gila ni hari bosen banget , malam minggu cuma di rumah."

"@DimasDimas: kenapa lu bro , cari cewe la. @BANDOOON: gila ni hari bosen banget , malam minggu cuma di rumah."

"@BRANDOOON: eh nyet , sesama jomblo tuh jangan ngeledek , masi idup aja lu di belanda. @DimasDimas: kenapa lu bro , cari cewe la. @BRANDOOON: gila ni hari bosen banget , malam minggu cuma di rumah."

     Malam itu aku mention-mention sama brandon di twitter , waktu itu dia udah berhenti kuliah , dia memilih buat masuk persija jakarta , dan dia cukup berhasil disana , saat mention-mentionan dengan brandon , dia udah jauh lebih berhasil dari pada ku, aku masi jadi anak kuliahan yang masi nunggu uang kiriman bokap , sedang kan brandon , kabarnya dia udah ngontrak rumah dan punya mobil sendiri.

     Ketika sedang asik mention-mentionan dengan brandon , tiba-tiba masuk sebuah foto di timeline ku , dan foto itu adalah diana dengan seorang lelaki lain , wajah lelaki itu asing buat ku , aku tak pernah melihat wajah lelaki itu sebelumnya. Jujur aku sedih melihat diana sudah bersama yang lain , walaupun dulu aku yang memilih untuk melupakannya , tapi bukan aku yang menentukan apakah aku bisa benar-benar melupakannya atau tidak.

     Malam menjadi semakin dingin , langit bertabur bintang , hari itu aku berjalan sendiri di tengah keramaian malam kota
Den Bosch , mengingat diana yang sudah memiliki yang lain di dalam hatinya , mengingat ketika posisiku di hati diana sudah di gantikan oleh lelaki itu , sempat terbesit di pikiranku untuk mencari pengganti diana , ya mencari yang baru untuk menggantikan yang telah usang.

#bersambung.

Selasa, 19 April 2016

Selamat malam untuk diana #4

     "Lu yakin bro mau pergi?" Tanya brandon kepadaku "gue harus bro , lu tau sendiri kan kalo bokap gue udah buat keputusan gimana" jawab ku pasrah sambil duduk di tempat tidur kost"an ku di jakarta waktu itu. "Terus diana gimana? Dia udah tau lu mau pergi?" Tanya brandon lagi "belom" jawab ku singkat , "gue tahu lu ga ada rencana buat bilang ke dia kan?" Lanjut brandon lagi yang hanya bisa membuat ku diam.

     "Tumben amat lu ngajak gue makan di tempat kek gini , biasanya kan lu ga ada duit" kata diana bercanda kepadaku. Malam itu aku mengajak diana makan malam di salah satu restaurant yang lumayan ternama di daerah jakarta selatan , malam itu aku berencana untuk bilang ke dia kalo lusa aku bakal pergi. "Sebenernya gue ngajak lu kesini karna gue mau ngomong sesuatu ke elu" - "mau ngomong apa?" Tanya diana dengan wajah bingungnya. Kaki ku gemetar tak berani mengatakannya , mulut ini mati rasa tak mampu bicara , dan mata ini tak sanggup melihat apa yang akan terjadi jika aku mengatakannya. Mungkin memang tak ada status spesial diantara kami berdua , tak pernah ada kata sayang yang keluar dari mulut kami berdua , tapi apa yang telah kami lalui selama ini membuktikan lebih dari hanya sekedar kata "aku sayang kamu".

     "Lu tahu jalan pulang kan?" - "taulah emang kenapa si?" Tanya diana dengan raut wajah yang semakin bingung. "Gue ke toilet dulu ya" kata ku beranjak dari meja itu , tapi bukan untuk ke toilet , melainkan aku memutuskan untuk pulang , aku memutuskan untuk meninggalkan diana sendiri di restaurant itu , bukan lantaran karna aku takut mengatakannya , melainkan aku tak seberani itu untuk melihat dia menangis di depan mataku , dan alasan ia menangis adalah aku.

     Berkali-kali handphone ku berdering karna telpon dari diana , tetapi aku hanya duduk di tempat tidur ku tak berani mengangkatnya , "gue baru tahu lu ternyata sepengecut itu ya" kata brandon melihat aku yang dari tadi tak mau mengangkat telepon dari diana. Aku hanya diam tak ingin beragumen apa-apa , lagi pula aku mengakui jika aku memang pengecut pada saat itu , aku akan pergi ke Belanda dan waktu itu belum ada twitter atau instagram , tak ada jalan untuk berkomunikasi antara kami berdua , tetapi aku malah memilih untuk menghindar , bukannya menggunakan waktu sebanyak-banyaknya untuk bersamanya.

     Mungkin ceritaku takkan sedramatis film AADC atau film-film lainnya , ketika cinta berlari mengejar rangga di saat terakhir sebelum rangga menaikki pesawat. Tapi pada hari itu , diana hadir di bandara international soekarno-hatta, aku tahu pasti brandon la yang memberitahu diana. Tak ada satu tetes pun airmata yang mengalir dari mata diana , aku tahu bukannya diana tak ingin menangis , tapi dia menahannya , ia tak ingin karna aku melihatnya menangis membuatku berat untuk pergi.

     Aku pun memutuskan untuk memeluknya, hari itu kita adalah 2 insan yang sama-sama takut dengan yang namanya jarak , kami hanya diam di dalam pelukan itu tanpa berkata apa-apa , tak ada janji terucap diantara kami , hanya terus memeluk dan memeluk tak ingin melepaskan.

     Ketika semua orang berpikir jika rasa mereka takkan mati hanya karna jarak yang begitu jauh , berbeda denganku , aku tahu ketika aku menaikki pesawat , aku sudah harus siap menghapus diana dari hidupku. Seiring dengan lepas landasnya pesawat , ketika roda pesawat mulai di lipat masuk , ketika pesawat sudah tak menyentuh tanah indonesia lagi , disaat itu lah , aku harus mengatakan "selamat tinggal diana , aku bahagia ketika bersamamu".

#bersambung.

Senin, 18 April 2016

Selamat malam untuk diana #3

     Lagu "naff - kesempurnaan cinta" mengudara di seluruh bandung melalui saluran radio , termasuk rumahku. Ketika aku sedang mandi , ada telepon masuk ke handphone ku yang tak mungkin ku angkat , ku biarkan saja handphone itu terus berdering di meja kamar ku , hingga aku selesai mandi lalu ku lihat , ada misscall dari mba Sari , "dimas_26@gmail.com: ada apa mba?" Langsung saja ku email mba sari mengapa iya meneleponku pagi-pagi begini. Tak lama setelah itu masuk balasan di handphone ku "permataSari@gmail.com: dim kamu engga usah ke kantor dim ni hari , kamu langsung aja ke kantornya mba karen , dia nunggu kamu disana jam 9 buat bicarain konsep baru".

     Sudah 3 hari berlalu sudah semenjak aku berbicara satu meja dengan diana , diana yang bersikap seperti orang yang tak pernah kenal denganku , termasuk sikapku pun terhadapnya. Ku pikir hari ini akan sama saja seperti hari yang kemarin , hari dimana kita sama-sama tahu kalo cerita kita memang sudah berakhir dan menjadi sebuah cerita lama.

     "Nyari siapa mas?" Tanya seorang resepsionis , "saya mau nyari mba karen" jawab ku , "dari mana mas?" Tanya sang resepsionis itu lagi , "saya dimas dari Koala Advertiser" jawab ku singkat. Ya, aku memang bekerja di perusahaan advertisement. "Sebentar ya mas" kata resepsionis itu , lalu ia masuk ke dalam. Tak lama setelah itu keluarla seorang perempuan , tetapi perempuan itu bukan karen melainkan diana "karennya lagi ada urusan bentar , mungkin dia nanti nyusul , btw kita meetingnya di cafe bawah aja yuk , udah sarapan belom? Sekalian aja".

    "Hot chocolate nya satu ya" kata diana ke pelayan disana , "kalo saya caramel machiatto" lanjut ku ke pelayan itu. Kami berdua duduk tepat di pinggir jendela , cuma ada aku dan diana duduk sebrang-sebrangan. "Masi ga suka sama yang namanya kopi?" Tanya ku membuka percakapan dengannya , "kamu sendiri masi minum kopi setiap hari?" Jawab diana dengan senyuman manis yang sudah lama tak ku lihat. 

     Hari itu tiba-tiba hujan turun , suara hujan yang mengisi latar seluruh percakapan antara aku dan diana di cafe itu , di temani secangkir coklat panas dan secangkir caramel machiatto. "Udah setengah 12 ni , mau makan siang bareng ga? Sekalian lanjutin ini?" Tanya diana sambil melihat jam dan menunggu reaksi jawabanku , tak tahu mengapa tapi mulut ini berbicara sendiri tanpa perintah dari otakku "boleh".

     "Kamu kenapa bisa nyasar ke perusahaan ini? Bukannya dulu kamu sukanya sama fotografi?" Tanya ku di tengah-tengah makan siang kami , "kamu sendiri kenapa bisa ke perusahaan advertisement? Bukannya dulu...." , "idih malah nanya balik , orang di tanya bukannya dijawab" jawabku memotong kata-katanya, "hehehe iya-iya de , dulu papaku engga setuju kalo aku kuliah art , jadi aku disuruh kuliah finance di universitas indonesia" - "UI seriusan? Keterima di UI" - "ehhh engga usah ngeledek ya" , tawa dan canda kami pun mengisi pembicaraan kami hingga sang senja lelah untuk bersinar dan memilih untuk beristirahat.

     Malam itu aku duduk sendiri di teras rumah di temani dengan handphone ku menatap rembulan yang  menjadi satu-satunya sumber cahaya pada malam hari itu. Diana sebuah cerita lama yang tadinya ku pikir jika cerita itu sudah berakhir , tapi ternyata sang penulis memilih untuk mempertemukan kami kembali di sebuah cerita yang berbeda , cerita dimana kami sudah menjadi pribadi yang lebih dewasa , kami menjadi orang yang lebih mengenal apa itu kata cinta , bukannya dua orang anak SMA yang hanya saling mencoba untuk bersama...Selamat malam diana.

#bersambung.
     
    

Minggu, 17 April 2016

Selamat malam untuk diana #2

     "Bentar-bentar , lu ngeliat siapa? Diana?" Tanya brandon tak percaya , "iya diana temen SMA kita dulu" jawab ku , "bukannya setau gue dia di london?" Tanya brandon lagi , "ga tau dah gue , gue udah ga denger kabar dia lama banget" kata ku sambil mengambil stick billiard dan menyodok bola billiard.

     Hari-hari kembali berjalan seperti biasa , udara sejuk masi mengisi pagi kota bandung , pertemuan kemarin dengan diana di cafe sama sekali tak mengusik pikiranku , kebiasaan masi tak mengganti rutinitasnya. Secangkir kopi di pagi hari , ke kantor , meeting , lalu kembali pulang ke rumah.

     Seminggu kemudian ketika aku sedang di kantor , aku mendapat email masuk "permataSari@gmail.com: dim , nanti sore jangan lupa ya meeting di cafe deket kantor jam 4 sore , oiya itu proposalnya jangan lupa di bawa juga". "dimas_26@gmail.com: siap mba , tenang aja" Jawab ku simple.

     Setengah 4 aku sudah berangkat dari kantor mengendarai mobil ku , jam 4 kurang 5 menit mobil ku sudah sampai di parkiran cafe , langsung aja aku masuk ke dalam cafe dan aku melihat mba sari supervisorku sudah disana. "Cepet amat mba udah dateng" kata ku sambil duduk di bangku sebelahnya , "tadi sekalian meeting juga , abis kelar meeting langsung ke sini" jawab dia singkat sambil mempersiapkan berkas-berkas untuk meeting , "oiya dim , proposalnya kamu bawa kan?" Lanjut dia lagi , "bawa kok
, nih" kata ku sambil memberikan proposal itu.Tak lama setelah duduk sang klien pun datang , "dim ni kenalin klien kita" kata mba sari memperkenalkan kami "dimas" kata ku sambil menjulurkan tanganku , "hallo aku karen , ini temenku diana" katanya sambil menjabat tanganku.

     Ya ,dia adalah diana yang sama dengan yang kemarin ku lihat di cafe , diana yang sama dengan diana yang duduk di bangku SMA bersamaku dulu , diana yang dulu pernah bersama-sama denganku mengupayahkan sebuah cerita.

     mungkin memang waktu mengubah segalanya , rasa canggung menjadi cair , tawa bisa saja berakhir tangis , dan rasa sayang hanya menjadi sebatas teman. Sore itu , cafe itu , menjadi saksi ketika dua insan yang dahulu pernah mengupayakan sebuah cerita bersama , saling memeluk erat di bandara international soekarno-hatta , ketika kami sama-sama takut dengan yang namanya "jarak" , kini sore itu menjadi saksi, kami berdua duduk di sebuah meja yang sama di sebuah cafe , membicarakan tentang pekerjaan , tanpa saling mengungkit masa lalu , tanpa saling bertanya kabar , hanya dua insan yang seperti baru kenal , tanpa sedikit pun menunjukan rasa yang pernah ada. Mungkin bukan kami yang tak ingin menunjukan rasa itu , tapi mungkin memang rasa itu yang telah tak ada.

#bersambung.

Sabtu, 16 April 2016

Selamat malam untuk diana #1

     Udara pagi yang sejuk di kota bandung , membuatku ingin terbangun di kesunyian pagi hari , ditemani secangkir kopi duduk di depan teras rumah , memandangi dedaunan yang masi basah akibat embun pagi. Pagi itu aku sambil menikmati secangkir kopi , ku memeriksa handphone ku , aku melihat sebuah notifikasi masuk di email ku "brandon_prakasa@gmail.com: bro ni malem jadi nongkrong kan? Di tempat biasa ya". Brandon , teman ku dari bangku SMA dulu , sama-sama menerjang susah merantau ke jakarta , menjadi penjaga warnet , tidur di kos-kosan hanya bertembok gipsum , makan warteg hanya berlauk  nasi , kentang ,dan kuah ayam. Hanya bocah ingusan berumur 17 tahun yang nekat pergi ke jakarta tanpa sepenggal ilmu pun.Selalu membuatku tersenyum lagi ketika memikirkan kegilaan dan kebodohan kami dahulu.

     "Bang , ni duit kostan bulan ini" suara yang membuyarkan lamunanku. Andri anak kuliahan jurusan akuntansi , dia tinggal di kost-kostan ku sejak 5 bulan yang lalu , anak pindahan dari surabaya. Aku memang menjalanku bisnis kost-kostan kecil sebagai usaha sampingan. Rumah lama mendiang ayahku yang sudah terbengkalai , akhirnya untuk menambahkan uang saku ku , ku jadikan rumah ini kost-kostan , lagi pula aku hanya tinggal seorang diri , akan sepi rasanya rumah ini jika hanya diisi oleh diriku seorang.

     Jam 8 lewat sudah berhasil membuat jalanan kota bandung di penuhi oleh mobil. Ku buka handphone ku dan ku email rekan bisnisku "dimas_26@gmail.com: kev gue kayaknya rada telat ni , tolong handle bentar ya cliennya , biasa macet". Tak sampai 5 menit , email ku pun di balas "kevinGANTENG@gmail.com: santai aja bro , lu bisa andelin temen lu yang panggil ganteng ini , jangan lama-lama ya , lu mau kopi apa? Biar gue pesenin dulu". Kevin ini emang ku akui dia adalah temanku yang paling ganteng , tapi gayanya yang sangat kepedean membuat kegantengannya menurun drastis. "dimas_26@gmail.com:  caramel macchiato bro".

     Sinar terik matahari sudah mulai bersinar menusuk bumi , matahari sudah berada di puncak langit. "Bro makan siang dimana ya bro yang enak?" Tanya kevin di tengah-tengah perjalanan kami mencari restaurant untuk makan siang , "mana gue  tahu , yang anak sosialita kan elu bukan gue , cafe-cafe enak yang biasa lu pake buat ngegebet cewe dimana tuh?" Tanyaku sembari tangaku tetap pada setir mobil. "Bentar-bentar gue search instagram dulu , kemaren gue ngeliat ada restaurant bagus gitu tempatnya" kata dia sambil mengutak-ngatik handphonenya.

     "Spagetthi carbonaranya satu" kataku kepada seorang pelayan cafe itu , "kalo saya yang ini ni mas" kata kevin sambil menunjuk salah satu gambar di menu itu. "Ditunggu sebentar ya mas" kata pelayan itu lalu pergi meninggalkan kami. "Bro harusnya ni ya , menurut pengalaman gue jem-jem segini biasanya banyak cewe-cewe kulihan yang nongkrong di cafe-cafe kayak gini" kata kevin sambil memajukan duduknya tanda antusiasnya , "sotoy lu" kata ku sambil terus mengutak-ngutik handphone ku tanpa mempercayai ucapan kevin , "ye lu mah ga percayaan sama gue , gue gini-gini udah sering ngegebet cewe-cewe kuliahan" balas dia lagi.

     "Bro gimana kalo kita taruhan , itu bangku yang di depan pintu , pasti cewe kuliahan yang duduk" lanjut kevin dengan masi antusias ingin membuktikan teorinya , "kalo sampe bukan?" Jawab ku menantangnya , "gue traktir lu ngopi selama seminggu" jawab kevin dengan berani sambil menjulurkan tangannya mengajak bersalaman , "bener ye? Deal" kata ku sambil menjabat tangannya.

     15 menit lewat sudah sejak kami menghabiskan makanan kami "lama cuy , udah ya lu kalah aja ya" kata ku sambil bercanda ke dia , "enak aja lu , sabar dulu , 10 menit lagi" kata kevin berusaha membela diri , "oke 10 menit lagi ga ada 1 orang pun yang duduk di situ , gue menang" kata ku dengan nada yakin pasti menang.

     "Jodoh emang ga kemana , noh liat ada cewe yang duduk" kata kevin sambil menoel ku yang sedang sibuk dengan handphone ku , "mana? Emang itu anak kuliahan , tahu-tahunya nenek-nenek lagi" Kata ku bercanda sambil menongahkan wajahku ke depan , dan ku liat seorang wanita duduk disana , wanita dengan paras cantik , wanita dengan nama yang sepertinya ku tahu , dan wanita yang memiliki tawa yang selalu terngiang di kepala ku.

     "Bro kok lu diem aja si?" Tanya brandon ketika aku dan anak-anak yang lainnya sedang ngumpul-ngumpul main billiard, "tumben amat gile lu diem , biasanya kan kalo udah ketemu billiard lu paling semangat , kan dulu lu cita-citanya pengen jadi atlet billiard" lanjut brandon samil tertawa padaku. "Gue tadi ngeliat diana".

#bersambung.