Aku pergi ke bandung untuk mengurus ke pergianku dari indonesia meninggalkan SMAku , cedera terakhir yang sempat membuatku terbaring di rumah sakit , membuatku tak bisa bermain bola lagi untuk selama-lamanya , jika aku kena cedera sekali lagi saja , maka aku takkan bisa menggunakan kakiku untuk selama-lamanya lagi. Malam dimana ayah menjenguk ku ke rumah sakit , ayah menyuruhku untuk pergi keluar negeri, karna ayah takut aku akan bermain bola lagi dan aku takkan bisa berjalan lagi , tapi aku bersikeras untuk tetap di jakarta , hingga saat dimana diana berkata jika ia tak ingin aku kenapa-kenapa "elu kenapa bolos kelas buat nendang-nendang bola engga jelas gini? Lupain aja masalah pertandingan kemarin , engga usah dipikirin ,kalo emang kaki lu masi sakit jangan di paksain, gue engga mau elu malah kenapa-kenapa" , membuatku kembali ke bandung dan menyetujui jika aku akan pergi ke luar negeri.
"Ayah senang akhirnya kamu dewasa juga dim , karna dunia ini luas , bukan hanya soal sepakbola , karna kamu sudah mau menuruti ayah , kamu bebas pilih kamu pergi kemana" , "belanda yah" jawabku tanpa berpikir panjang , aku memilih belanda karna nama diana yang memiliki nama belanda dibelakangnya , sehingga itu akan membantuku untuk mengingat alasanku pergi ,alasan aku bisa berpikir dewasa , dan alasan aku ingin menjadi lebih baik.
"Tak ada satu tetes pun airmata yang mengalir dari mata diana , aku tahu bukannya diana tak ingin menangis , tapi dia menahannya , ia tak ingin karna aku melihatnya menangis membuatku berat untuk pergi.
Aku pun memutuskan untuk memeluknya, hari itu kita adalah 2 insan yang sama-sama takut dengan yang namanya jarak , kami hanya diam di dalam pelukan itu tanpa berkata apa-apa , tak ada janji terucap diantara kami , hanya terus memeluk dan memeluk tak ingin melepaskan.
Ketika semua orang berpikir jika rasa mereka takkan mati hanya karna jarak yang begitu jauh , berbeda denganku , aku tahu ketika aku menaikki pesawat , aku sudah harus siap menghapus diana dari hidupku. Seiring dengan lepas landasnya pesawat , ketika roda pesawat mulai di lipat masuk , ketika pesawat sudah tak menyentuh tanah indonesia lagi , disaat itu lah , aku harus mengatakan "selamat tinggal diana , aku bahagia ketika bersamamu".
Diana tak pernah tahu apa alasan aku pergi , dia tak pernah tahu apa yang terjadi dengan kakiku , yang dia tahu aku hanya pergi ke belanda. Aku tak pernah bercerita kepadanya tentang kakiku , karna aku tak ingin dia kuatir. Aku tak pernah bilang kepadanya jika aku pergi karnanya , jika aku bisa dewasa karnanya , karna sebetulnya dia tak perlu tahu akan hal itu. Karna jika kita benar-benar berubah karnanya , kita tak ingin dia tahu karna dia mendengar cerita dari kita , melainkan karna dia melihat sendiri jika kita sudah berubah.
#bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar